Imam Ahmad ibn Hanbal rahimahullah berkata,
حدثنا عبد الله، حدثنا أبي، حدثنا عبد الوهاب، عن إسحاق، عن مطرف، قال: تذكرت ما جماع الخير، فإذا الخير كثير: الصوم والصلاة وإذا هو في يد الله عز وجل، وإذا أنت لا تقدر على ما في يد الله عز وجل إلا أن تسأله فيعطيك، فإذا جماع الخير الدعاء.
“Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami ‘Abdul-Wahhab, dari Ishaq, dari Mutharrif, bahwa beliau berkata,
‘Aku berpikir tentang apa itu pondasi dari kebaikan, maka kutemukan bahwa kebaikan itu banyak, seperti puasa dan shalat, dan semua itu ada di Tangan Allah ‘Azza wa Jalla. Jika engkau tidak bisa mengambil apa yang ada di Tangan Allah ‘Azza wa Jalla kecuali dengan meminta kepada-Nya sehingga Dia memberikannya kepadamu, maka aku pun menyadari bahwa pondasi dari seluruh kebaikan itu adalah doa.'”[1]
Mutharrif ibn ‘Abdillah ibn asy-Syikhkhir rahimahullah adalah seorang tabi’in. Ayah beliau, ‘Abdullah ibn asy-Syikhkhir radhiyallahu ‘anhu, adalah seorang sahabat yang meriwayatkan hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sangat penting bagi kita untuk mempelajari nukilan perkataan beliau karena ini termasuk dalam bab mempelajari pemahaman agama dari seorang tabi’in. Berikut ini adalah beberapa faidah yang bisa kita ambil dari perkataan beliau di atas:
- Semangat seorang tabi’in untuk mengetahui apa itu pondasi dari seluruh kebaikan. Ini menunjukkan bagaimana semangat generasi terdahulu untuk berbuat kebaikan dan beramal shalih.
- Amalan kebaikan itu banyak. Apakah kita telah melakukan di antara sekian banyak amalan kebaikan tersebut hari ini?
- Amalan kebaikan itu ada di Tangan Allah ‘Azza wa Jalla. Ketika kita berhasil melakukan salah satu amalan shalih, itu berarti Allah mengizinkan kita untuk melakukannya dan meraih pahala dengannya. Sungguh merugi keadaan seorang hamba yang justru menjadi ‘ujub dan sombong akibat keshalihan yang dia lakukan. Cukuplah disebut sebagai keburukan, ‘ujub dan sombong akibat harta dunia yang kita miliki. Maka bagaimana pula dengan ‘ujub dan sombong akibat amalan ibadah yang kita lakukan? Yang seharusnya mendekatkan diri kita kepada Allah justru membuat kita semakin jauh dariNya.
- Berdoa kepada Allah, meminta kepadaNya agar kita diberikan taufiq untuk bisa melakukan berbagai macam amalan shalih, adalah pondasi dari seluruh kebaikan.
- Baik tidaknya seorang hamba tergantung pada apakah dia terhalangi dari berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atau tidak.
Demikianlah beberapa faidah yang bisa kami ambil dari perkataan Mutharrif ibn ‘Abdillah rahimahullah yang dinukil oleh Imam Ahmad ibn Hanbal rahimahullah di atas. Perkataan seorang yang mulia yang dinukil oleh seorang yang mulia pula. Semoga penulis faidah-faidah di atas dan yang membacanya dan mempelajarinya juga diberikan kemuliaan dan pahala yang banyak oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Penulis: Ustadz Dr. Andy Octavian Latief
Artikel Al-Minhaj Institute
- az-Zuhd, karya Ahmad ibn Hanbal, hlm. 195, no. 1344, tahqiq Muhammad ‘Abdus-Salam Syahin, terbitan Darul-Kutub al-‘Ilmiyyah (Beirut), cetakan pertama, 1420 H. [↩]
ijin share dokter
jazakllah khair
Silakan. Wa jazakallahu khairan.