بسم الله الرحمن الرحيم، الحمد لله الذي نزَّل الكتاب تبيانا لكل شيء وهدى ورحمة وبشرى للمسلمين، وأرسل محمدا شاهدا ومبشرا ونذيرا وداعيا إلى الله بإذنه وسراجا منيرا، صلى الله وسلم عليه وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين، أما بعد:
Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji hanya bagi Allah yang telah menurunkan al-Qur’an untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi kaum muslimin, yang telah mengutus Muhammad untuk menjadi saksi, pembawa kabar gembira, pemberi peringatan, dan penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk menjadi cahaya yang menerangi. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada beliau, keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Amma ba’du:
اعلم رحمك الله أن الأساس في تحصيل العقيدة الصحيحة ولزوم طريق الاستقامة هو تلقي الحق من المصادر التي بنى عليها سلف الأمة عقيدتهم، وقام عليها منهجهم، واستقوا منها علومهم.
Ketahuilah, semoga engkau dirahmati oleh Allah, bahwa pondasi untuk meraih akidah yang benar dan melazimi jalan istiqamah adalah mengambil kebenaran dari sumber yang mana para salaful-ummah telah membangun di atasnya akidah mereka, telah tegak di atasnya manhaj mereka, dan telah mengambil darinya ilmu-ilmu mereka.
فمصادر التلقي عند أهل السنة والجماعة على نوعين:
أحدهما: المصدران الأساسيان الرئيسيان، وهما: النقل الصحيح، وإجماع علماء الملة.
والثاني: المصدران المؤكِّدان المؤيِّدان، وهما: العقل الصريح، والفطرة السليمة.
Maka sumber-sumber pengambilan ilmu menurut ahlus-sunnah wal-jama’ah terdiri atas dua jenis:
Pertama: Sumber primer dan utama, yaitu: nukilan yang shahih, dan ijma’ ulama’.
Kedua: Sumber sekunder dan penguat, yaitu: akal yang lurus, dan fithrah yang selamat.
المصدر الأول: النقل الصحيح، من القرآن الكريم وسنة النبي صلى الله عليه وسلم.
Sumber pertama: Nukilan yang shahih, dari al-Qur’anul-Karim dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
والقرآن هو كلام الله وتعالى، المنزَّل على رسوله محمد صلى الله عليه وسلم، المتعبَّد بتلاوته، المعجز بلفظه، المكتوب في المصاحف، المنقول بالتواتر.
al-Qur’an adalah Kalamullah Ta’ala, yang diturunkan kepada Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang tilawahnya merupakan ibadah, lafazhnya mengandung mu’jizat, ditulis di mushaf, dan diriwayatkan secara mutawatir.
قال الله تعالى تحديا للذين كفروا: {قُل لَئِنِ اجتَمَعَتِ الإِنسُ وَالجِنُّ عَلىٰ أَن يَأتوا بِمِثلِ هـٰذَا القُرءانِ لا يَأتونَ بِمِثلِهِ وَلَو كانَ بَعضُهُم لِبَعضٍ ظَهيرًا}، وقال تعالى: {أَم يَقولونَ تَقَوَّلَهُ ۚ بَل لا يُؤمِنونَ * فَليَأتوا بِحَديثٍ مِثلِهِ إِن كانوا صـٰدِقينَ}، وقال تعالى: {أَم يَقولونَ افتَرىٰهُ ۖ قُل فَأتوا بِعَشرِ سُوَرٍ مِثلِهِ مُفتَرَيـٰتٍ وَادعوا مَنِ استَطَعتُم مِن دونِ اللَّـهِ إِن كُنتُم صـٰدِقينَ}، وقال تعالى: {وَإِن كُنتُم فى رَيبٍ مِمّا نَزَّلنا عَلىٰ عَبدِنا فَأتوا بِسورَةٍ مِن مِثلِهِ وَادعوا شُهَداءَكُم مِن دونِ اللَّـهِ إِن كُنتُم صـٰدِقينَ}، وقال تعالى: {وَما كانَ هـٰذَا القُرءانُ أَن يُفتَرىٰ مِن دونِ اللَّـهِ وَلـٰكِن تَصديقَ الَّذى بَينَ يَدَيهِ وَتَفصيلَ الكِتـٰبِ لا رَيبَ فيهِ مِن رَبِّ العـٰلَمينَ * أَم يَقولونَ افتَرىٰهُ ۖ قُل فَأتوا بِسورَةٍ مِثلِهِ وَادعوا مَنِ استَطَعتُم مِن دونِ اللَّـهِ إِن كُنتُم صـٰدِقينَ}، وقال تعالى: {أَفَلا يَتَدَبَّرونَ القُرءانَ ۚ وَلَو كانَ مِن عِندِ غَيرِ اللَّـهِ لَوَجَدوا فيهِ اختِلـٰفًا كَثيرًا}.
Allah Ta’ala berfirman, “Katakanlah, ‘Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.'” 1
Allah Ta’ala berfirman, “Ataukah mereka mengatakan, ‘Dia (Muhammad) membuat-buatnya. Sebenarnya mereka tidak beriman.’ Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal al-Qur’an itu jika mereka orang-orang yang benar.” 2
Allah Ta’ala berfirman, “Bahkan mereka mengatakan, ‘Muhammad telah membuat-buat al-Qur’an itu.’ Katakanlah, ‘(Kalau demikian,) maka datangkanlah sepuluh surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar.'” 3
Allah Ta’ala berfirman, “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” 4
Allah Ta’ala berfirman, “Tidaklah mungkin al-Qur’an ini dibuat oleh selain Allah, akan tetapi (al-Qur’an itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam. Atau (patutkah) mereka mengatakan, ‘Muhammad membuat-buatnya.’ Katakanlah, ‘(Kalau benar yang kamu katakan itu,) maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar.'” 5
Allah Ta’ala berfirman, “Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an? Kalau kiranya al-Qur’an itu bukan dari Sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” 6
والسنة هي ما صدر عن النبي صلى الله عليه وسلم غير القرآن من قول أو فعل أو تقرير. وهي على ثلاثة أنواع: أحدها: أن تكون مقرِّرة ومؤكِّدة لما جاء في القرآن، والثاني: أن تكون مبيِّنة ومفسِّرة لما أُجمل في القرآن، والثالث: أن تكون مثبتة لما سكت عنه القرآن.
Sunnah adalah apa yang berasal dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selain al-Qur’an berupa perkataan, perbuatan, atau persetujuan. Dan Sunnah terdiri atas tiga jenis:
Pertama: Sunnah yang menegaskan dan menguatkan apa yang disebutkan di al-Qur’an.
Kedua: Sunnah yang menjelaskan dan menafsirkan apa yang disebutkan secara umum di al-Qur’an.
Ketiga: Sunnah yang menetapkan apa yang tidak disebutkan di al-Qur’an.
قال الله تعالى في وجوب التمسك بالكتاب والسنة: {اتَّبِعوا ما أُنزِلَ إِلَيكُم مِن رَبِّكُم وَلا تَتَّبِعوا مِن دونِهِ أَولِياءَ ۗ قَليلًا ما تَذَكَّرونَ}، وقال تعالى: {وَأَطيعُوا اللَّـهَ وَالرَّسولَ لَعَلَّكُم تُرحَمونَ}، وقال تعالى: {فَإِن تَنـٰزَعتُم فى شَىءٍ فَرُدّوهُ إِلَى اللَّـهِ وَالرَّسولِ إِن كُنتُم تُؤمِنونَ بِاللَّـهِ وَاليَومِ الـٔاخِرِ ۚ ذٰلِكَ خَيرٌ وَأَحسَنُ تَأويلًا}، وقال تعالى: {يـٰأَيُّهَا الَّذينَ ءامَنوا لا تُقَدِّموا بَينَ يَدَىِ اللَّـهِ وَرَسولِهِ ۖ وَاتَّقُوا اللَّـهَ ۚ إِنَّ اللَّـهَ سَميعٌ عَليمٌ}.
Allah Ta’ala berfirman tentang wajibnya berpegang teguh pada Qur’an dan Sunnah, “Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).” 7
Allah Ta’ala berfirman, “Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.” 8
Allah Ta’ala berfirman, “Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” 9
Allah Ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” 10
وقال تعالى: {وَمَن يَعصِ اللَّـهَ وَرَسولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدودَهُ يُدخِلهُ نارًا خـٰلِدًا فيها وَلَهُ عَذابٌ مُهينٌ}، وقال تعالى: {وَما كانَ لِمُؤمِنٍ وَلا مُؤمِنَةٍ إِذا قَضَى اللَّـهُ وَرَسولُهُ أَمرًا أَن يَكونَ لَهُمُ الخِيَرَةُ مِن أَمرِهِم ۗ وَمَن يَعصِ اللَّـهَ وَرَسولَهُ فَقَد ضَلَّ ضَلـٰلًا مُبينًا}، وقال تعالى: {ذٰلِكَ بِأَنَّهُم شاقُّوا اللَّـهَ وَرَسولَهُ ۚ وَمَن يُشاقِقِ اللَّـهَ وَرَسولَهُ فَإِنَّ اللَّـهَ شَديدُ العِقابِ}.
Allah Ta’ala berfirman, “Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya, dan baginya siksa yang menghinakan.” 11
Allah Ta’ala berfirman, “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” 12
Allah Ta’ala berfirman, “(Ketentuan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa yang menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Allah amat keras siksaan-Nya.” 13
وقال تعالى: {قُل إِن كُنتُم تُحِبّونَ اللَّـهَ فَاتَّبِعونى يُحبِبكُمُ اللَّـهُ وَيَغفِر لَكُم ذُنوبَكُم ۗ وَاللَّـهُ غَفورٌ رَحيمٌ}، وقال تعالى: {وَما يَنطِقُ عَنِ الهَوىٰ * إِن هُوَ إِلّا وَحىٌ يوحىٰ}، وقال تعالى: {فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤمِنونَ حَتّىٰ يُحَكِّموكَ فيما شَجَرَ بَينَهُم ثُمَّ لا يَجِدوا فى أَنفُسِهِم حَرَجًا مِمّا قَضَيتَ وَيُسَلِّموا تَسليمًا}، وقال تعالى: {فَليَحذَرِ الَّذينَ يُخالِفونَ عَن أَمرِهِ أَن تُصيبَهُم فِتنَةٌ أَو يُصيبَهُم عَذابٌ أَليمٌ}.
Allah Ta’ala berfirman, “Katakanlah, ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” 14
Allah Ta’ala berfirman, “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” 15
Allah Ta’ala berfirman, “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” 16
Allah Ta’ala berfirman, “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul itu takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa ‘adzab yang pedih.” 17
وقال النبي صلى الله عليه وسلم: (إني قد تركت فيكم شيئين لن تضلوا بعدهما: كتاب الله وسنتي، ولن يتفرقا حتى يردا عليَّ الحوض)، وقال الإمام الشافعي رحمه الله: “لا يلزم قول بكل حال إلا بكتاب الله أو سنة رسوله صلى الله عليه وسلم، وأن ما سواهما تبع لهما.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya aku telah meninggalkan untuk kalian dua perkara yang kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh pada keduanya: Kitabullah dan Sunnahku, dan keduanya tidak akan berpisah hingga kembali kepadaku di al-haudh.”
Imam asy-Syafi’iy rahimahullah berkata, “Tidak ada perkataan yang wajib diikuti dalam setiap keadaan kecuali Kitabullah atau Sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan yang selain keduanya maka hanya mengikuti keduanya.”
ونعرف سنة النبي صلى الله عليه وسلم عن طريق رواية الأحاديث، ولكن بعضها مقبولة، وبعضها مردودة، والأخرى مزعومة. وأكثر الأحاديث المقبولة ظنية الثبوت وظنية الدلالة. وأما القرآن فكله قطعي الثبوت، وأكثره ظني الدلالة. وهذه النصوص الشرعية يجب العمل بها وأخذ الاعتقاد منها، وإن كانت ظنية الثبوت أو الدلالة.
Kita mengetahui Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui metode periwayatan hadits. Akan tetapi, sebagian hadits tersebut ada yang diterima, sebagiannya ada yang tertolak, dan sebagiannya lagi ada yang merupakan klaim belaka.
Sebagian besar hadits yang diterima itu zhanniyyah tsubut (kebenaran riwayatnya zhanniy) dan zhanniyyah dalalah (kandungan maknanya zhanniy). Adapun al-Qur’an, maka semuanya qath’iy tsubut (kebenaran riwayatnya qath’iy), dan sebagian besarnya zhanniy dalalah (kandungan maknanya zhanniy).
Wajib bagi kita untuk mengamalkan nash-nash syar’iy ini dan mengambil akidah darinya, walaupun ia zhanniyyah tsubut atau dalalah.
ويجب اتباع الكتاب والسنة على فهم السلف الصالح. قال النبي صلى الله عليه وسلم: (فإنه من يعش منكم فسيرى اختلافا كثيرا، فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين، عضوا عليها بالنواجذ، وإياكم ومحدثات الأمور، فإن كل بدعة ضلالة). وقال ابن مسعود رضي الله عنه: “من كان منكم متأسيا فليتأس بأصحاب محمد صلى الله عليه وسلم، فإنهم كانوا أبر هذه الأمة قلوبا، وأعمقها علما، وأقلها تكلفا، وأقومها هديا، وأحسنها حالا، اختارهم الله لصحبة نبيه صلى الله عليه وسلم وإقامة دينه، فاعرفوا لهم فضلهم واتبعوهم في آثارهم، فإنهم كانوا على الهدى المستقيم.” وقال الأوزاعي رحمه الله: “اصبر نفسك على السنة، وقِفْ حيث وقف القوم، وقل بما قالوا، وكُفَّ عما كفوا عنه، واسلك سبيل سلفك الصالح، فإنه يسعك ما وسعهم.”
Wajib untuk mengikuti Qur’an dan Sunnah berdasarkan pemahaman para as-salafush-shalih (generasi terdahulu).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya di antara yang hidup dari kalian itu akan melihat perselisihan yang banyak, maka wajib bagi kalian untuk berpegang teguh pada Sunnahku dan sunnahnya para al-Khulafa’ ar-Rasyidin yang diberi petunjuk. Gigitlah ia dengan gigi geraham. Jauhilah perkara yang diada-adakan (dalam agama), karena sesungguhnya semua bid’ah itu adalah kesesatan.”
Ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Barangsiapa di antara kalian yang ingin mengambil teladan maka teladanilah para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang paling baik hatinya di kalangan umat ini, paling mendalam ilmunya, paling sedikit sikap berlebih-lebihannya, paling lurus bimbingannya, dan paling baik keadaannya. Allah telah memilih mereka untuk membersamai Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka, kenalilah keutamaan mereka dan ikutilah jalan mereka, karena sesungguhnya mereka itu berada di atas petunjuk yang lurus.”
al-Auza’iy rahimahullah berkata, “Sabarkanlah dirimu di atas Sunnah, berhentilah di mana para kaum terdahulu itu berhenti, katakanlah apa yang mereka katakan, tahanlah dirimu dari apa yang mereka jauhi, dan tempuhlah jalan para as-salafus-shalih, karena sesungguhnya yang demikian itu akan melapangkanmu sebagaimana itu telah melapangkan mereka.”
المصدر الثاني: الإجماع، وهو اتفاق مجتهدي أمة محمد صلى الله عليه وسلم بعد وفاته في عصر من العصور على أمر من الأمور.
Sumber kedua: Ijma’, yaitu kesepakatan para mujtahid umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah wafatnya beliau pada sebuah zaman atas sebuah perkara.
ولا يجوز مخالفة الإجماع بعد ثبوت انعقادها. قال الله تعالى: {وَمَن يُشاقِقِ الرَّسولَ مِن بَعدِ ما تَبَيَّنَ لَهُ الهُدىٰ وَيَتَّبِع غَيرَ سَبيلِ المُؤمِنينَ نُوَلِّهِ ما تَوَلّىٰ وَنُصلِهِ جَهَنَّمَ ۖ وَساءَت مَصيرًا}، وقال النبي صلى الله عليه وسلم: (لا تزال طائفة من أمتي ظاهرين على الحق، لا يضرهم من ناوأهم حتى تقوم الساعة)، وقال القاضي أبو يعلى رحمه الله: “الإجماع حجة مقطوع عليها، يجب المصير إليها، وتحرم مخالفته، ولا يجوز أن تجتمع الأمة على الخطأ.” وقال ابن النجار الفتوحي رحمه الله عند كلامه عن شروط المجتهد: “ويُشترط فيه أيضا: أن يكون عالما بالمجمع عليه والمختلف فيه حتى لا يفتي بخلاف ما أُجمع عليه، فيكون قد خرق الإجماع.”
Tidak boleh menyelisihi ijma’ setelah adanya kepastian terjadinya ijma’ tersebut.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu, dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” 18
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan selalu ada kelompok dari umatku yang senantiasa membela kebenaran, tidak akan membahayakan mereka orang yang menentang mereka, hingga datang hari kiamat.”
al-Qadhiy Abu Ya’la rahimahullah berkata, “Ijma’ adalah hujjah yang sangat kuat, wajib untuk berpendapat dengannya, tidak boleh menyelisihinya, dan umat ini tidak akan bersepakat di atas kesalahan.”
Ibnun-Najjar al-Futuhiy rahimahullah berkata ketika sedang membicarakan syarat-syarat mujtahid, “Disyaratkan juga bagi seorang mujtahid: bahwa dia harus mengetahui tentang permasalahan yang telah ada ijma’ atasnya dan permasalahan yang memang ada khilaf di dalamnya, agar dia tidak berfatwa menyelisihi apa yang telah disepakati, sehingga pada kondisi itu dia telah melanggar ijma’.”
المصدر الثالث: العقل، وهو أداة لفهم النصوص الشرعية وإدراك معانيها ودلالتها.
Sumber ketiga: Akal, yang merupakan alat untuk memahami nash-nash syar’iy dan menangkap makna dan kandungan nash-nash tersebut.
ولذلك قال الله تعالى: {كِتـٰبٌ أَنزَلنـٰهُ إِلَيكَ مُبـٰرَكٌ لِيَدَّبَّروا ءايـٰتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُوا الأَلبـٰبِ}، وقال تعالى: {أَفَلا يَتَدَبَّرونَ القُرءانَ أَم عَلىٰ قُلوبٍ أَقفالُها}.
Oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman, “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya, dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” 19
Allah Ta’ala berfirman, “Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” 20
والعقل الصريح يؤكِّد النقل الصحيح ويؤيِّده. ولا يعارضه ولا يحيله، وإنما قد يحار فيه العقل لعجزه وقصوره وضعفه. ولا يدخل العقل في الغيبيات دخولا استقلاليا، وإنما تبعيا للنصوص الشرعية. ولذلك يحرم علينا التمثيل والتكييف في صفات الله تعالى، لأن حقيقتها لا يدركها العقل ولا يبيِّنها النقل، فلا سبيل لنا لمعرفة كنهها وحقيقتها. قال الإمام البربهاري رحمه الله: “واعلم رحمك الله أن من قال في دين الله برأيه وقياسه وتأويله من غير حجة من السنة والجماعة، فقد قال على الله ما لا يعلم، ومن قال على الله ما لا يعلم فهو من المتكلفين.” ولكن يجوز استعمال قياس الأولى في حق الله تعالى في الإثبات والتنزيه، كما قال تعالى: {وَلِلَّـهِ المَثَلُ الأَعلىٰ}.
Akal yang lurus itu menegaskan dan menguatkan nukilan yang shahih. Ia tidak akan bertentangan dengannya dan juga tidak akan memustahilkannya. Akan tetapi, bisa jadi akal itu bingung dalam memahaminya karena ketidakmampuannya, keterbatasannya, dan kelemahannya.
Akal itu tidak bisa masuk dalam perkara ghaib secara berdiri sendiri, akan tetapi ia mengikuti nash-nash syar’iy. Oleh karena itu, haram bagi kita untuk melakukan tamtsil dan takyif terhadap Sifat-Sifat Allah Ta’ala, karena hakikat Sifat Allah tidak bisa ditangkap oleh akal dan tidak pernah dijelaskan oleh dalil, sehingga tidak ada jalan bagi kita untuk mengetahui hakikatnya.
Imam al-Barbahariy rahimahullah berkata, “Ketahuilah, semoga engkau dirahmati oleh Allah, bahwa barangsiapa yang berkata mengenai agama Allah dengan akalnya, qiyasnya, dan ta’wilnya, tanpa hujjah dari Sunnah dan Jama’ah, maka dia telah berkata tentang Allah tanpa ilmu. Dan barangsiapa yang berkata tentang Allah tanpa ilmu, maka dia termasuk orang-orang yang menyusahkan diri.”
Akan tetapi, boleh menggunakan qiyas aula mengenai Sifat Allah Ta’ala dalam penetapan dan penafian, sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Dan Allah memiliki Sifat-Sifat yang Maha Sempurna.” 21
المصدر الرابع: الفطرة، وهي الخلقة والجبلة والتهيؤ لقبول العقيدة الصحيحة.
Sumber keempat: Fithrah, yaitu kondisi asli, bawaan, dan kecenderungan untuk menerima akidah yang benar.
والفطرة السليمة تؤكِّد النصوص الشرعية وتؤيِّدها، فيقرُّ الإنسان بوجود الله تعالى وتوحيده، ولا يستطيع إنكاره باطنا وإن كان قد ينكره ظاهرا بالعناد.
Fithrah yang selamat itu menegaskan dan menguatkan nash-nash syar’iy, sehingga manusia menegaskan adanya Allah dan ketauhidan-Nya, dan tidak bisa mengingkarinya secara bathin walaupun bisa jadi dia mengingkarinya secara zhahir karena kesombongannya.
قال الله تعالى: {فِطرَتَ اللَّـهِ الَّتى فَطَرَ النّاسَ عَلَيها ۚ لا تَبديلَ لِخَلقِ اللَّـهِ}. وقال النبي صلى الله عليه وسلم: (ما من مولود إلا يُولَد على الفطرة، فأبواه يهوِّدانه أو ينصِّرانه أو يمجِّسانه، كما تُنتَج البهيمة بهيمة جمعاء، هل تحسُّون فيها من جدعاء). وقال صلى الله عليه وسلم: قال الله تعالى: (وإني خلقت عبادي حنفاء كلهم، وإنهم أتتهم الشياطين فاجتالتهم عن دينهم، وحرَّمت عليهم ما أحللت لهم، وأمرتهم أن يشركوا بي ما لم أنزل به سلطانا).
Allah Ta’ala berfirman, “Fithrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fithrah itu, tidak ada perubahan pada ciptaan Allah.” 22
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fithrah, kemudian kedua orang tuanya-lah yang menjadikannya Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi, sebagaimana hewan yang dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat, maka apakah kalian merasakan adanya cacat?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hamba-Ku seluruhnya sebagai orang-orang yang hanif. Akan tetapi, para syaithan mendatangi mereka lalu memalingkan mereka dari agamanya, mengharamkan apa yang Aku halalkan untuk mereka, dan memerintahkan mereka untuk berbuat kesyirikan terhadap-Ku dengan sesuatu yang Aku tidak pernah menurunkan hujjah tentangnya.”
تمت الرسالة والحمد لله، وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين.
Telah selesai risalah ini walhamdulillah, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, para pengikutnya, dan sahabatnya seluruhnya.
Catatan: Ini adalah terjemahan dari tulisan kami مصادر التلقي عند أهل السنة.
Penulis: Ustadz Dr. Andy Octavian Latief
Artikel Al-Minhaj Institute
- Surat al-Isra’: 88. [↩]
- Surat ath-Thur: 33-34. [↩]
- Surat Hud: 13. [↩]
- Surat al-Baqarah: 23. [↩]
- Surat Yunus: 37-38. [↩]
- Surat an-Nisa’: 82. [↩]
- Surat al-A’raf: 3. [↩]
- Surat Ali ‘Imran: 132. [↩]
- Surat an-Nisa’: 59. [↩]
- Surat al-Hujurat: 1. [↩]
- Surat an-Nisa’: 14. [↩]
- Surat al-Ahzab: 36. [↩]
- Surat al-Anfal: 13. [↩]
- Surat Ali ‘Imran: 31. [↩]
- Surat an-Najm: 3-4. [↩]
- Surat an-Nisa’: 65. [↩]
- Surat an-Nur: 63. [↩]
- Surat an-Nisa’: 115. [↩]
- Surat Shad: 29. [↩]
- Surat Muhammad: 24. [↩]
- Surat an-Nahl: 60. [↩]
- Surat ar-Rum: 30. [↩]